Jika dipelajari dengan cermat, kita akan menyadari bahwa definisi dan perbedaan tentang nabi dan rasul tersebut ternyata salah kaprah. Mengapa bisa demikian? Berikut ini penjelasannya.
1. Dakwah itu wajib bagi semua
Dakwah adalah aktivitas utama
bagi utusan Allah yaitu nabi dan rasul. Bahkan, kita pun –sebagai manusia biasa,
bukan utusan Allah— juga turut mendapat kewajiban untuk berdakwah. Kewajiban
ini telah dijelaskan dalam banyak dalil baik dari Alquran seperti dalam surat
Ali Imron ayat 104, maupun dari hadits seperti hadits riwayat Muslim tentang perintah
untuk mengubah (menghentikan) kemungkaran lewat tangan atau lisan.
Jadi, jika nabi sebagai manusia utusan Allah yang menerima wahyu tapi tidak wajib untuk berdakwah, lantas tugasnya apa? Tentu definisi tentang nabi –sebagai manusia pilihan yang mendapat wahyu tapi tidak wajib mendakwahkan wahyu tersebut kepada umatnya– adalah definisi yang salah kaprah dan tidak sesuai dalil dan fakta.
2. Sama seperti rasul, nabi
juga dimusuhi
Jika kita membaca dan mempelajari surat Al-Baqarah ayat 87, kita akan dapati kisah dari banyak nabi yang –tidak disebutkan namanya– dibunuh oleh umatnya sendiri, yaitu bani israil. Pernahkah kita bertanya, mengapa para nabi itu dibunuh? Jawabannya ialah karena para nabi itu melakukan dakwah yaitu amar ma’ruf nahi mungkar.
Dalam aktivitas dakwah
tersebut, para nabi menyerukan umatnya untuk menyembah dan taat kepada Allah,
bukan kepada yang lain. Karena ajaran tauhid yang dibawa para nabi ini dianggap
aneh dan menyimpang oleh kaumnya, akhirnya kaumnya membunuh nabi-nabi tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dijelaskan bahwa nabi juga memiliki kewajiban
yang sama dengan rasul yaitu berdakwah.
3. Bedanya nabi dan rasul
Pada uraian di atas telah dijelaskan
bahwa tugas nabi dan rasul adalah berdakwah yaitu mengajak umatnya untuk
mentauhidkan Allah. Lantas apa perbedaan dari keduanya?
Allah membuat dua istilah syar'i itu tentunya memiliki perbedaan. Perbedaan keduanya ialah tugas nabi adalah menyampaikan wahyu yang syariat atau ajarannya sama dengan rasul sebelumnya. Jadi nabi hanya meneruskan syariat yang disampaikan oleh utusan Allah sebelumnya.
Adapun tugas rasul adalah menyampaikan wahyu yang syariat atau ajarannya telah diperbarui oleh Allah sehingga berbeda dengan rasul sebelumnya. Sebagai contoh syariat Rasulullah Musa alaihissalam dan syariat Rasulullah Muhammad shollallahu alaihi wasallam.
Ulama menyebutkan, salah satu contoh syariat yang dibawa oleh Musa adalah dosa orang jahat akan terampuni dengan cara bunuh diri. Contoh lainnya adalah pakaian yang terkena najis itu bisa suci dengan cara dipotong dan dibuang bagian yang terkena najis tersebut. Adapun syariat yang dibawa oleh Muhammad Saw tentunya tidak sama seperti yang dibawa Musa. Syariat Islam (yang dibawa Muhammad Saw) mengharamkan umatnya untuk bunuh diri. Di samping itu, najis pada pakaian bisa disucikan dengan disiram air.
Sebagai penjelasan tambahan yaitu rasul itu juga berstatus sebagai nabi; sedangkan nabi belum tentu berstatus sebagai rasul. Contohnya ialah Muhammad Saw itu sebagai rasul (karena syariat yang dibawanya itu baru) dan beliau juga sebagai nabi. Contoh lainnya ialah Adam adalah nabi, tapi bukan rasul.
4. Jumlah rasul dan nabi dalam
satu masa
Karena perbedaan itulah, rasul hanya ada satu orang dalam satu masa, sedangkan nabi bisa lebih dari satu. Ada juga dalam satu masa terdapat satu rasul dan beberapa nabi. Hal itu sebab rasul mendapat syariat baru. Jadi tidak mungkin ada dua ajaran berbeda dalam satu masa.
Sebagai contoh, pada
masa Isa, hanya ada satu rosul yaitu Rasulullah Isa alaihissalam. Contoh
lainnya ialah Musa (sebagai Rasul) dan Harun (sebagai nabi) hidup dalam satu
masa.
5. Pembedaan antara nabi dan
rasul ada konsekuensinya
Pada poin 3 di atas sudah dijelaskan bahwa perbedaan antara nabi dan rasul ialah dari syariat yang dibawanya. Adanya perbedaan antara nabi dan rasul ini memiliki konsekuensi yang penting untuk kita sadari. Konsekuensi tersebut ialah kita wajib mengimani ajaran yang dibawa oleh utusan Allah yang paling mutakhir dan meninggalkan ajaran atau syariat sebelumnya.
Saat datang Rasulullah Isa alaihissalam, maka semua umat pada saat itu wajib mengimani syariat yang dibawah oleh Isa dan meninggalkan syariat sebelumnya yaitu syariat Musa. Begitu pula, saat datang rasul terakhir yaitu Muhammad Saw, maka semestinya semua umat wajib beriman kepada syariat yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad shollallahu alaihi wasallam dan meninggalkan syariat rasul sebelumnya, yaitu Isa alaihissalam.