Islam merupakan agama yang
mengatur segala aspek kehidupan, muali dari ranah individu hingga ranah publik.
Di samping itu, Islam ternyata juga memiliki aturan yang ada hubungannya dengan
hari. Ada beberapa dalil, baik itu berupa hukum (syariat) maupun sekadar
informasi (kabar) yang ada kaitannya dengan hari. Berikut ini penjelasannya!
1. Hari Buruk dan Baik
Dalam Islam, tidak ada satu pun
dalil yang menunjukkan ada hari buruk dan hari baik. Semua hari menurut Islam
adalah hari baik. Jika pun terjadi peristiwa yang tidak disukai (seperti
kecelakaan, meninggal, atau lainnya) pada hari tertentu, tentu hal tersebut bukan
karena pada saat itu adalah hari sial atau hari buruk, namun karena sudah
menjadi qodho’ atau ketetapan dari Allah.
Hal yang paling penting adalah
kita harus meyakini betul rukun iman keenam yaitu qodho’ dan qodar. Setiap
qodho’ dari Allah tidak selamanya berupa sesuatu yang menyenangkan bagi
manusia. Maka dari itu, jika kita mengimani rukun iman keenam ini, kita akan
senantiasa sabar dan ridho terhadap qodho’ Allah ini meskipun dirasa sangat
berat untuk menerimanya. Oleh sebab itu, sudah seharusnya kepercayaan tentang
hari buruk itu ditinggalkan. Semua hari adalah baik untuk melakukan aktivitas,
menikah, bekerja, bepergian, pindah rumah, membuat rumah, dan sebagainya.
2. Penamaan Hari Khusus
Kita sudah mengetahui bahwa dalam
sepekan terdapat 7 hari. Dalam Islam, nama hari itu diambil dalam bahasa Arab
yang memiliki arti berupa urutan angka. Sebagai contoh, hari pertama adalah
Ahad, hari kedua adalah Senin (isnaini), hari ketiga adalah Selasa (salasa),
dan sebagainya. Hanya saja, untuk hari ke-6 memiliki penamaan khusus yang bukan
memiliki arti urutan angka. Hari ke-6 itu adalah hari Jum’at.
3. Ibadah Khusus di Hari
Khusus
Terdapat ibadah khusus yang
dikerjakan hanya pada saat hari Jumat. Hal itu telah dijelaskan dalam beberapa
dalil. Ibadah khusus itu di antaranya membaca surat Al-Kahfi. Di samping itu,
ada juga ibadah khusus lainnya yaitu melakukan jima’ atau berhubungan badan.
Ups, ibadah ini ditujukan kepada muslim yang sudah menikah lho ya.
5. Hari Bergembira
Dalam Islam, terdapat 5 hari yang
diharamkan untuk berpuasa. Lima hari tersebut adalah (a) saat Idhul Fitri; (b)
saat Idhul Adha; (c) hari tasyriq tanggal 11 Dzulhijjah; (d) hari tasyriq
tanggal 12 Dzulhijjah; dan (e) hari tasyriq tanggal 13 Dzulhijjah. Pengharaman
berpuasa di hari tersebut dimaksudkan agar semua kaum muslim ikut merayakan
hari raya dengan bergembira dan bisa makan-makan. Eithz, tapi jangan diartikan
secara terbalik ya bahwa saat puasa adalah saat yang menyedihkan lantaran tidak
makan. Sebab, puasa adalah ibadah. Bahkan, Rasululah dan kaum muslim memiliki
prestasi luar biasa saat berpuasa, seperti menang di perang Badar.
Selain 5 hari itu, Islam juga mengatur bahwa memulai atau
mengawali berpuasa di hari Jumat hukumnya makhruh. Hal itu sebab hari Jumat
adalah hari raya pekanan sehingga diharapkan semua kaum muslim bergembira dan
makan-makan. Namun, perlu diketahui bahwa hukum puasa di hari Jumat tidak
selamanya makhruh. Jika sebelum Jumat telah berpuasa sehingga kebetulan pada
hari Jumat masih lanjut berpuasa, maka kondisi seperti ini membuat puasa di
hari Jumat tidak makhruh.
6. Hari Diangkatnya Amal dan
Dibukanya Pintu Surga
Dalam sebuah hadits riwayat
at-Tirmidzi, disebutkan bahwa hari Senin dan Kamis adalah hari diangkatnya amal
perbuatan manusia. Maksudnya pada hari itu, semua amal perbuatan manusia
diperiksa oleh Allah. Karena itu, Rasulullah sering berpuasa pada kedua hari
tersebut. Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, disebutkan juga bahwa hari Senin
dan Kamis adalah waktu pintu surga dibuka.
7. Hari Akhir
Segala sesuatu di dunia ini tidak
akan ada yang abadi. Kehadiran semua makhluk di dunia ini memiliki batas. Batas
yang paling akhir itu terjadi pada hari kiamat. Islam mengabarkan bahwa hari
akhir atau hari kiamat terjadi pada hari Jumat. Pada hari itu, semua makhluk di
dunia ini akan berakhir dan hancur. Waktu itu juga menjadi hari berakhinya
kesempatan untuk bertaubat. Naudzubillaahi mindzaalik! Semoga amal
ibadah kita dan taubat kita senantiasa diterima oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
Aamiin.