Parents, Melarang Anak itu Tidak Bisa Sekadar Berucap 'Jangan' atau 'Tidak Boleh' Lho. Yuk Kenali 5 Jurus Berikut!




Masa anak-anak merupakan masa seorang insan senang melakukan eksplorasi terhadap sesuatu yang baru. Mereka tertarik untuk mengetahui dan mengenal hal-hal yang mereka anggap baru. Karenanya, mereka akan banyak tingkah saat melakukan eksplorasi tersebut.

Sebagai orang tua, terkadang sebagian dari kita merasa kewalahan terhadap tingkah anak pada saat melakukan eksplorasi. Biasanya anak melakukan eksplorasi yang normal. Namun, terkadang juga mereka melakukan eksplorasi yang aneh-aneh.

Perlu kita sadari, pada masa kecil ini, anak yang normal ialah anak yang banyak tingkah (baca: aktif) melakukan eksplorasi. Kita harus bersyukur jika anak kita seperti itu. Hal itu menunjukkan kalau anak kita itu normal. Meskipun di lain sisi, tenaga kita harus terkuras saat membersamai mereka melakukan eksplorasi.

Saat anak melakukan eksplorasi, kita terkadang melarang mereka untuk melakukan aktivitas tersebut karena alasan-alasan tertentu. Meskipun alasan pelarangan itu ada yang berbeda-beda, tapi ada satu hal yang sama yaitu kata larangan yang kita ucapkan. Pada umumnya, kita melarang anak cukup dengan mengucapkan kata “JANGAN” atau “TIDAK BOLEH”.

Nah, tahukah para orang tua, anak itu adalah insan yang masih belum tahu apa-apa tentang aktivitas yang dilarang itu. Mereka belum tahu apakah aktivitas itu aman atau berbahaya atau lainnya. Maka dari itu, kita perlu mengubah cara kita saat melarang anak dengan tidak sebatas mengucapkan kata “Jangan” atau “Tidak Boleh”. Kita perlu menambahkan “JURUS” saat melarang anak agar larangan kita ampuh sehingga membuat mereka tidak melakukan aktivitas itu lagi. Berikut ini penjelasannya.

1. Berikan penjelasan  dan pemahaman
Saat anak melakukan eksplorasi, adakalanya anak melakukan sesuatu yang berbahaya. Berbahaya yang dimaksud mulai dari yang terkecil yaitu menyebabkan kerusakan (sesuatu yang ada di rumah) hingga mengancam kesehatan dan keselamatan. Pada saat seperti itu, para orang tua perlu memberikan penjelasan bahwa aktivitas yang mereka lakukan itu berbahaya. Berikan juga pemahaman tentang efek yang akan ditimbulkan jika terus melakukan aktivitas tersebut.

Bagi orang tua, mungkin cara seperti ini terlalu bertele-tele dan anak kecil tidak akan langsung mengerti. Namun, kita harus sadari bahwa mendidik anak itu butuh proses, tidak sekali diajari, mereka langsung mengerti. Jika secara kontinu kita memberikan penjelasan dan pemahaman, lama kelamaan anak akan mengerti juga.

Tahukan kita, cara ini lebih efektif (meski hasilnya agak lama) daripada hanya sebatas mengucapkan kata “jangan” atau “tidak boleh”. Sebab, jika penjelasan yang kita berikan itu sudah tertanam di benak si anak, hal itu lebih terjaga kuat dan selalu menjadi dasar bagi anak untuk tidak melakukan aktivitas tersebut.

2. Orang tua harus konsisten
Jika orang tua sudah memberikan penjelasan dan pemahaman seperti yang sudah dibahas di poin 1, langkah selanjutnya ialah orang tua harus konsisten dengan pelarangan tersebut. Jangan karena sedang lelah atau sibuk, orang tua akhirnya tidak lagi melarang aktivitas yang dilakukan anak. Begitu pula, orang tua jangan sekali-kali melanggar larangan sendiri.

Jangan karena pihak yang berkuasa, orang tua justru bertindak seenaknya, seperti melakukan sesuatu yang sesuatu itu tidak boleh dilakukan anaknya. Misalnya, saat orang tua melarang anak agar tidak makan permen, selain memberikan penjelasan dan pemahaman tentang dampak negatif dari kebanyakan makan permen terhadap gigi, orang tua juga perlu konsisten dengan tidak ikut makan permen.

Satu keadaan yang menjadi kendala ialah saat berada di rumah kakek/nenek atau di rumah orang lain. Pada saat seperti itu, orang luar terkadang mengacaukan aturan. Anak yang awalnya sudah kita beri penjelasan dan pemahaman untuk tidak makan permen, namun orang luar justru memberinya permen.

3. Biarkan anak bereksplorasi jika hal itu tidak berbahaya
Kita harus sadari bahwa usia batita atau balita adalah usia dimana mereka banyak melakukan eksplorasi. Itulah sebabnya mereka banyak tingkah (baca: aktif). Sering ditemukan orang tua selalu melarang anaknya untuk bereksplorasi (bahasa sederhananya itu: bermain). Padahal anak-anak sangat ingin bereksplorasi.

Maka dari itu, orang tua harus menyadari akan hal ini. Biarkan anak bereksplorasi selama aktivitas yang mereka lakukan itu tidak berbahaya atau menimbulkan dampak negatif. Sekalipun anak melakukan aktivitas yang mendekati bahaya, (misalkan: suka naik kursi / meja), orang tua jangan keburu melarangnya. Dampingi dan awasi anak selama melakukan aktivitas itu. Karena aktivitas seperti itu pada dasarnya juga melatih keberanian anak. Jika terus-terusan dilarang, bagaimana bisa anak terlatih keberaniannya.

4. Utamakan reward, bukan punishmen
Sebagian orang tua mendidik anak dengan lebih mengutamakan hukuman jika anak melakukan kesalahan sehingga tidak pernah memberikan sedikitpun penghargaan saat anak melakukan kebenaran. Model pendidikan seperti ini adalah pendidikan yang salah kaprah, apalagi jika objeknya itu anak-anak. Allah SWT saja tidak pernah memberikan dosa kepada anak yang belum baligh. Itu artinya Allah tidak memberikan hukuman kepada mereka. Maka, kita, orang tua sebagai makhluk, tentunya jangan melebihi dari aturan yang telah Al-Khaliq tetapkan.

Saat anak melakukan aktivitas yang baik atau benar sekecil apapun itu, berikan penghargaan meski hanya sebatas kata-kata, seperti ucapan terima kasih atau pujian kepadanya. Apabila anak melakukan aktivitas kebaikan yang agak besar, berilah penghargaan yang lebih besar lagi, seperti diberi hadiah.

Anak-anak itu sama seperti kita, jika disanjung, mereka juga akan senang karena itu wujud dari naluri mempertahankan eksistensi diri (gharizah baqo’). Sedangkan, anak yang sering dihukum justru akan menghancurkan naluri tersebut pada dirinya. Akibatnya, potensi anak tidak berkembang. Akhirnya, jadilah ia orang yang tidak punya jiwa kepemimpinan, tidak percaya diri, emosional, dan sebagainya.

Terkait poin 4 ini, sudah saya singgung di artikel parenting sebelumnya. 

5. Berikan kalimat positif (motivasi), bukan ditakut-takuti
Saat kita hendak melarang anak melakukan eksplorasi yang berbahaya atau yang berdampak negatif, janganlah kita melarangannya dengan cara ditakut-takuti. Selain memberikan penjelasan dan pemahaman, alangkah baiknya kita juga berikan kalimat positif kepada anak.

Sebagai contoh, saat anak kecil mencoba membantu orang tua membawa piring beling. Orang tua jangan melarangnya dengan menakut-nakuti “Awas, kalau pecah nanti dicubit”, tapi sampaikan kalimat positif atau motivasi “Adek, nanti kalau sudah agak besar, adek pasti bisa bawa piring ini, sekarang biar umi yang membawakannya ya!”.

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan.

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam." (HR Bukhari dan Muslim)

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak