sumber gambar pixabay.com |
Mengelola masjid
merupakan suatu aktivitas yang mulia. Dari pengelolaan yang baik, masjid akan
dirasa besar manfaatnya oleh masyarakat. Masyarakat dapat melakukan ibadah
dengan khusyu’ dan nyaman di masjid. Oleh sebab itu, penting kiranya takmir
masjid mempelajari manajemen pengelolaan masjid yang baik itu.
Mengelola masjid
bukan sesuatu yang simpel. Jika salah manajemen, bukan hanya jamaah saja yang
akan merasakan dampaknya, bahkan takmir pun bisa berdosa karenanya.
Berikut ini
unek-unek dan saran penulis kepada para pengelola masjid.
1. Fasilitas
Wudhu’ Wanita
Poin pertama
yang ingin penulis sampaikan kepada pengelola masjid ialah terkait fasilitas
tempat wudhu’ untuk kaum hawa. Tidak jarang penulis dapati tempat wudhu wanita
dibangun dengan ruang terbuka sehingga dapat terlihat dari luar. Akibatnya,
laki-laki bisa melihatnya.
Ketika wudhu,
wanita membuka auratnya. Pada saat itu, seharusnya wanita terjaga auratnya dari
pandangan laki-laki non-mahram. Untuk itu, penulis menyarankan takmir masjid membangun
fasilitas tempat wudhu wanita dengan ruangan tertutup agar auratnya tidak
terlihat saat ia wudhu.
Poin ini jangan
dianggap remeh. Sebab, membiarkan tempat wudhu wanita terbuka (sehingga
terlihat auratnya di hadapan laki-laki bukan mahram) itu menjadi dosa untuk
wanita yang bersangkutan. Dosa itu juga berlaku bagi takmir masjidnya lantaran takmir
telah memfasilitasi kemaksiatan itu.
2. Anak Kecil
Jangan Dilarang
Beberapa orang
pernah mengalami hal ini. Takmir masjid atau orang-orang tua yang biasa sholat
di masjid melarang anak kecil sholat di sana. Mereka beralasan bahwa anak-anak
membuat gaduh sehingga menganggu kekhusyu’an dalam sholat. Mungkin alasan itu seperti
ada benarnya, tapi larangan ini justru membuat anak-anak akan jauh dari masjid.
Kita perlu
menyadari bahwa anak-anak (sebelum baligh) merupakan insan yang tidak tercatat
dosanya oleh Allah Swt. Jadi, Pencipta kita saja tidak mencatat dosa dari
mereka, seharusnya kita pun –sebagai orang dewasa– jangan biasakan ambil hati (marah)
kepada tingkah laku mereka ketika di masjid.
Jangan samakan
anak-anak –yang akalnya belum sempurna– dengan orang dewasa. Dunia mereka
memang dunia bermain. Takmir seharusnya memfasilitasi mereka dan mengajari
mereka agar mereka senang berada di masjid, bukan justru melarang atau memarahinya.
Jika mereka
diajari secara intensif tentang adab-adab di masjid, niscaya mereka akan berubah
di kemudian hari. Beda cerita jika takmir hanya fokus ibadah pada dirinya
sendiri sehingga tidak pernah memberikan edukasi kepada anak-anak dengan lemah
lembut, maka tidak akan pernah ada perubahan pada anak-anak.
Takmir masjid
perlu menambah wawasan dengan belajar shiroh yaitu tentang kisah Rasulullah dan
para sahabat dalam membuat anak-anak senang pergi ke masjid. Selain itu, takmir
juga penting kiranya belajar parenting dan menajemen masjid agar masjid menjadi
makmur, ramai dengan jamaah, serta disenangi anak-anak.
3. Hindari Menimbun
Harta
Penulis
mendapati banyak masjid yang memiliki uang kas dengan jumlah yang fantastis. Uang
kas itu umumnya akan selalu bertambah tiap pekannya dari infaq para jamaah.
Sebenarnya hal itu bagus karena itu menunjukkan para jamaah berhati dermawan kepada
masjid.
Namun, takmir harus
mampu mengelola dana itu untuk kepentingan kemakmuran masjid, jangan hanya
ditabung saja. Dalam Islam, menabung harta (misalnya: uang) tanpa ada maksud
dan tujuannya, maka itu disebut kanzul maal (menimbun harta) yang hukumnya
haram.
Maka dari itu, takmir
masjid bisa mencontoh pengelolaan Masjid Jogokariyan (Yogyakarta). Takmir di masjid
tersebut mengelola dana dengan baik, bahkan tidak ragu-ragu mengeluarkan dana
hingga saldo menjadi Rp 0, untuk berbagai hal agar masjid menjadi makmur dan
dapat membantu banyak jamaah. MasyaAllah. Luar biasa.
4. Jangan
Kosongan dari Ilmu
Penulis dapati
masjid-masjid berdiri dengan megah, namun jamaah sholatnya hanya 1 atau 2 shaf
saja. Masjid-masjid tersebut hanya aktif ketika sholat saja. Jika di luar waktu
sholat, pintu masjid dikunci.
Semakin besar masjid
itu, seharusnya semakin besar pula pengaruh positifnya kepada masyarakat. Takmir
masjid perlu menambah wawasan tentang fungsi masjid. Kita dapat belajar
bagaimana Rasulullah SAW dan para sahabat mengelola masjid. Masjid bukan hanya
tempat untuk sholat. Di zaman nabi, masjid juga menjadi istana negara, tempat
menyusun rencana perang, tempat menimba ilmu, dan kegiatan bermanfaat lainnya.
Jadi, masjid itu
jangan dibuat kosongan tanpa ada kegiatan lain, terlebih lagi jika punya banyak
dana. Adakan kegiatan-kegiatan bermanfaat agar umat tergerak hatinya ke masjid,
seperti acara tablig akbar, majelis taklim, halqoh-halqoh dan kajian keilmuan lainnya,
sahur dan buka puasa gratis, dan sebagainya.
Di samping itu, masjid seharusnya menjadi pusat dakwah yang dapat mengubah masyarakat agar mengenal Islam lebih mendalam, seperti mendakwahkan wajibnya menutup aurat, haramnya riba, mengedukasi remaja agar punya keimanan yang produktif & tidak terpengaruh budaya Barat, dan sebagainya.
terima kasih, sangat bermanfaat
BalasHapus