Sebelum Mengontrak Rumah, Pertimbangkan Tujuh Kriteria Ini



Sewa atau mengontrak rumah adalah sesuatu hal yang sudah biasa bagi mahasiswa dari luar kota. Hal itu juga sudah biasa bagi orang yang bekerja di luar kota. Selama masih hidup sendiri (single), memilih kriteria rumah kontrakan yang cocok tidaklah begitu sulit.

Berbeda halnya jika sudah berkeluarga plus memiliki anak. Pastinya banyak hal yang harus dipertimbangkan. Sebab, tidak mudah kita menjalani kehidupan di rumah kontrakan yang memiliki kekurangan sangat fatal. Begitu pula, tidak mudah kita menemukan kontrakan baru yang cocok.

Hal ini juga pernah saya alami sendiri. Saya mulai merasakan yang namanya mengontrak rumah dari sejak menjadi mahasiswa tahun 2012 hingga menikah dua tahun yang lalu sampai sekarang. Suka dukanya mengontrak rumah tentunya pernah saya alami. Ternyata lebih repot lagi saat sudah menikah.

Nah, sebelum salah dan menyesal mengontrak rumah, berikut ini tujuh kriteria dalam memilih rumah kontrakan berdasarkan pengalaman saya pribadi.

1.      Harga Rumah Kontrakan
Bagi sebagian orang, harga rumah kontrakan tidak menjadi nomor satu. Namun bagi saya yang penghasilan cukup (cukup beli kulkas, cukup beli motor, cukup beli smartphone, hehehe), harga adalah yang utama. Saya sendiri awal-awal dulu pinjam uang ke teman untuk membayar kontrakan, padahal harga kontrakan hanya 2 juta setahun. Hehehe.

Bagi Anda yang masih baru, lebih baik survei dulu. Tidak langsung deal  jika menemukan rumah yang dikontrakkan. Dengan survei di beberapa tempat, kita bisa tahu harga rata-rata mengontrak rumah di tempat tersebut. Pengalaman saya dan istri mencari kontrakan dengan menelusuri pelosok kota (baca: perkampungan). Dari survei itu, kita bisa membandingkan kontrakan mana yang lebih murah dengan kondisi dan fasilitas rumah yang memadai.

2.      Jarak ke Tempat Kerja
Pertimbangan kedua adalah jarak rumah kontrakan ke tempat kerja. Percuma mendapatkan kontrakan rumah yang murah, namun jarak ke tempat kerja jauh. Sama saja menghabiskan uang untuk membeli BBM.

3.      Air
Kriteria yang satu ini jangan sampai terlewatkan. Pengalaman saya mengontrak rumah saat baru pertama kali membangun keluarga ialah memiliki kontrakan yang sangat sulit air saat musim kemarau. Hingga akhirnya saya harus memakai jasa menyedot air sungai untuk di tampung ke sumur. Jangan ditanya lagi air sungainya tercemar atau tidak. Bila mencuci maka harus pergi ke sungai. Air sungai habis, saya harus meminta air tiap hari ke sumur tetangga dan pada akhirnya tetangga mem-blok sumurnya, supaya saya tidak bisa ambil air lagi. Hiks... sangat mengenaskan.

Supaya tidak memiliki kejadian yang sama, Anda bisa bertanya kepada beberapa orang di sekitar daerah kontrakan tersebut. Jangan langsung percaya dengan yang disampaikan oleh pemiliki kontrakan atau keluarganya. Anda perlu bertanya kepada tetangga sebelah yang bukan saudara. Jika semua mengatakan bahwa di daerah tersebut tidak memiliki masalah kekeringan saat musim kemarau, maka kontrakan tersebut bisa dipertimbangkan.

4.      Listrik
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam memilih kontrakan adalah listrik. Pengalaman saya dulu mengontrak rumah yaitu listrik masih menumpang ke rumah pemilik kontakan (di kontrakan tidak ada meteran listrik sendiri). Jika ada kejadian seperti itu, maka harus di-clear-kan terlebih dahulu mengenai besaran biaya yang dikeluarkan oleh pemilik kontrakan sebelum kita menempati rumah. Hal itu supaya kita bisa tahu berapa pengeluaran sebulan sebelum Anda menempati tempat itu dan berapa pengeluaran setelah Anda menempati tempat kontrakan itu.

Jika tidak di-clear-kan terlebih dahulu, khawatirnya nanti pemilik kontrakannya menagih iuran listrik dengan harga yang lebih tinggi. Karena bisa jadi pemilik kontrakan menganggap bahwa Anda memakai listrik lebih banyak.

Selain itu, Anda juga perlu bertanya atau cek langsung tegangan listrik di tempat itu dengan menggunakan multimeter. Pengalaman saya mengontrak ketiga kalinya ini yaitu tegangan listrik di rumah kontrakan ini rendah dan sering naik turun (tegangan tidak sampai 220 volt) sehingga kulkas tidak bisa bekerja. Tanyakan juga daya listriknya 450 atau 900 supaya nantinya kita tidak kaget dengan pengeluaran listrik yang besar.

5.      Sinyal
Jika listrik sudah clear, selanjutnya cek sinyal provider atau operator seluler yang kita pakai di ponsel. Pengalaman saya di kontrakan ketiga ini ternyata di daerah sini susah sinyal, bahkan sinyal T*lk*ms*l sekalipun juga sulit. Padahal kerja serba online di masa pandemi. Hadehhh..... Namun, kendala tersebut sekarang sudah bisa teratasi. Alhamdulillah

6.      Akses Jalan
Akses jalan bisa juga dijadikan pertimbangan tambahan. Carilah kontrakan yang memiliki akses jalan yang mudah, jalan mulus, dan bisa dilalui mobil. Pengalaman saya, biasanya keluarga besar datang berkunjung ke kontrakan kita dengan membawa mobil. Jika akses jalan tidak tidak bisa dilalui mobil, repot juga kita.

7.      Tetangga Baik dan Lingkungan Kondusif
Pertimbangan yang terakhir adalah memiliki tetangga yang baik dan lingkungan yang kondusif. Sebagai makhluk sosial, kita tentunya tidak akan bisa bertahan hidup tanpa bantuan orang lain termasuk tetangga. Namun, kita juga tidak ingin memiliki tetangga yang suka mengomel atau suka ikut campur urusan orang, kan? Kalau perumahan bisa jadi hidup sendiri-sendiri, tapi kalau tinggal di pelosok kota (baca: perkampungan) beda lagi.

Tiga kali saya mengontrak selalu mendapatkan rumah model tanean lanjheng (model rumah adat madura yang beberapa rumah bergabung, hanya di sekat tembok).

Pada kontrakan pertama, pemilik rumah kontrakan suka mengomel karena saya jarang bertamu (itu salah saya sih, hehehe). Namun, nilai plusnya ialah lingkungan di sana kondusif, para perempuannya menutup aurat. Pada kontrakan kedua, cukup lumayan enak dengan tetangga yang biasa (cuek) namun mau membantu jika minta pertolongan. Pada kontakan ketiga saat ini, tetangganya (meski bersaudara) tidak saling akur. Pernah juga pagi-pagi terdengar pertengkaran mereka.Yah, itu urusan pribadi mereka. Karenanya, pemiliki rumah ini pindah dan menyewakan rumah ini ke saya, hehehe.

Oh ya, untuk mengetahui lingkungan di sekitar itu kondusif atau tidak, silakan tanyakan kepada tetangga di sana tentang kasus pencurian atau kriminalitas lainnya. Pengalaman teman saya mengontrak di daerah yang rawan pencurian. Bahkan, saat teman saya mengalami pencurian, tetangga di sekitar justru mengatakan bahwa hal itu sudah biasa terjadi. Hadeeh.... 

Nah, itulah ketujuh kriteria yang bisa dijadikan pertimbangan dalam memilih kontrakan supaya kita tidak menyesal di kemudian hari. Jika semua kriteria ini terpenuhi, lansung DP saja rumah kontrakan itu sebelum diambil orang, hehehe.


Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan.

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam." (HR Bukhari dan Muslim)

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak