Galau adalah suatu keadaan hati merasa
cemas, bimbang, resah, gelisah, atau tidak tenang. Meskipun istilah ini lebih
populer di kalangan remaja, kenyataannya galau bisa menimpa siapa saja, mulai
anak-anak sampai orang tua. Lantas, mengapa galau bisa menimpa seseorang dan
bagaimana cara mengatasinya? Tentu Islam adalah solusinya. Berikut
penjelasannya.
Pada dasarnya, manusia memiliki 2 jenis
kebutuhan yang harus dipenuhi yaitu [1] kebutuhan jasmani (thaqatul hayawiyah) dan [2] kebutuhan naluri (gharizah). Kebutuhan
jasmani merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi karena berhubungan dengan
kelangsungan hidup. Jika tidak dipenuhi, manusia akan musnah (mati). Contoh
dari kebutuhan ini adalah makan, minum, istirahat, bernafas, dan lainnya.
Adapun kebutuhan naluri adalah kebutuhan yang menjadikan hidup manusia berwarna. Kebutuhan ini tidak berhubungan dengan nyawa.
Nah, berdasarkan dua kebutuhan manusia
ini, penyebab galau bukan karena tidak terpenuhinya kebutuhan jasmani. Sebab,
orang galau biasanya berlangsung sampai berhari-hari, sedangkan kebutuhan
jasmani (misal: makan dan minum) harus segera dipenuhi. Manusia kuat bisa
bertahan dari tidak makan dan minum hanya sampai 3 hari saja. Maka dari itu,
penyebab galau tentunya berasal dari tidak terpenuhinya kebutuhan naluri. Berikut
fakta tentang kebutuhan naluri yang sekaligus menjadi solusi mengatasi galau.
1.
Ada Tiga Macam Naluri
Setiap manusia memiliki kebutuhan naluri.
Adapun kebutuhan naluri (gharizah) itu terdiri atas 3 macam, yaitu [a]
naluri beragama (gharizatun tadayyun); [b] naluri mempertahankan eksistensi
diri (gharizatun baqo’); dan [c] naluri kasih sayang dan mencintai (gharizatun
nau’). Ketiga naluri ini memiliki keunikan masing-masing dalam cara
pemenuhan kebutuhannya.
Naluri beragama adalah naluri yang
dimiliki seseorang dalam bentuk meng-agungkan sesuatu. Setiap diri manusia
pasti memiliki naluri ini, mulai dari manusia zaman Nabi Adam sampai zaman
akhir. Bagaimana pun keadaannya, meski minim pengetahuan (primitif) sekali pun,
manusia pasti memiliki rasa menganggap suci / hebat atau meng-agungkan sesuatu,
entah itu pohon, patung, batu, tembok, atau benda lainnya. Tentunya sebagai
seorang muslim, kita harus menyalurkan naluri ini dengan benar yaitu dengan
menyembah Allah Subhanahu wa ta’ala, bukan kepada yang lain.
Naluri mempertahankan eksistensi diri adalah
naluri manusia yang berupa usaha-usaha untuk bisa bertahan hidup dengan nyaman.
Contoh dari naluri ini adalah rasa takut akan bahaya, keinginan menguasai, bekerja
keras agar bisa mendapatkan kekayaan, dan sebagainya.
Naluri kasih sayang dan mencintai adalah
naluri manusia yang berhubungan dengan perasaan hati dan seksualitas. Contoh dari
naluri ini adalah rasa suka kepada lawan jenis, rasa sayang kepada orang tua,
dan sebagainya.
2.
Muncul karena Pengaruh Lingkungan
Kebutuhan jasmani muncul karena faktor
dalam diri manusia. Misalnya, manusia butuh makan karena dia memang lapar,
bukan karena melihat makanan. Sedangkan, kebutuhan naluri muncul karena faktor
lingkungan.
·
Sebagai
contoh dalam naluri pertama ialah meng-agungkan pohon besar. Ada manusia yang meng-keramatkan
pohon besar karena dia menyaksikan pohon itu. Dia tidak akan melakukannya jika
ia tidak pernah mengetahui atau melihatnya.
·
Sebagai
contoh dalam naluri kedua ialah takut. Manusia akan merasakan takut karena ada
faktor luar yang membuatnya takut, misalnya karena gelap, usai melihat film hantu,
ada bencana, ada bahaya, dan sebagainya. Jika faktor pemicunya tidak ada, maka dia
tidak akan merasa takut. Tidak mungkin orang merasa takut tanpa sebab.
·
Sebagai
contoh dalam naluri ketiga ialah mencintai wanita. Manusia akan merasakan cinta
kepada wanita karena dia melihat atau berinteraksi dengan wanita tersebut. Dia tidak
akan timbul rasa cinta jika tidak pernah melihat atau berinteraksi dengan lawan
jenis.
3.
Tidak Harus Selalu Dipenuhi
Meskipun gharizah ini termasuk
kebutuhan, namun tidak harus selalu dipenuhi seketika itu juga. Maksudnya tidak
selalu urgen atau genting untuk segera dipenuhi. Sebab, naluri itu bisa ditahan
dan tidak akan menyebabkan kematian. Oleh sebab itu, naluri bisa dipenuhi jika
sudah tepat waktunya untuk memenuhinya. Hal ini berlaku untuk naluri mempertahankan
eksistensi diri dan naluri kasih sayang dan mencintai. Sedangkan, pemenuhan naluri
beragama yaitu beribadah kepada Allah bukan berarti tidak harus selalu
dipenuhi, namun wajib untuk dilaksanakan karena hal tersebut merupakan perintah
Allah.
4.
Menyebabkan Kegalauan
Efek dari tidak dipenuhinya naluri ini
adalah menyebabkan kegalauan. Adapun buktinya dari naluri beragama ialah
sebagaimana yang terjadi di negara-negara maju. Kita bisa menelusuri fakta di
negara-negara yang memiliki teknologi canggih, seperti Jepang. Angka bunuh diri
di negara tersebut cukup tinggi. Mengapa bisa begitu? Mereka sejatinya galau sebab
tidak bisa memenuhi naluri ini dan justru mengalihkannya dengan kesibukan
pekerjaan yang tiada henti. Di samping itu, kita juga bisa menelusuri tingginya
angka bunuh diri di negara-negara komunis yang tidak memfasilitasi rakyatnya
menyalurkan naluri ini. Nah, penyebab galau sampai rela bunuh diri ini adalah tidak
dipenuhinya naluri beragama.
Begitu pula efek dari tidak dipenuhinya
naluri mempertahankan eksistensi diri itu adalah menyebabkan kegalauan. Misalnya,
saat seseorang perlu uang untuk membeli kebutuhan hidup, maka dia harus
bekerja. Namun, saat dia dipecat atau di-PHK atau belum mendapat pekerjaan,
pada saat itulah manusia akan merasakan galau.
Naluri kasih sayang dan mencintai ini
juga menyebabkan kegalauan jika tidak dipenuhi. Sebagai contoh, beberapa kawula
muda akan galau saat mereka tidak bisa segera menikah atau karena putus pacar
(ingat: pacaran itu HARAM ya!).
5.
Bisa Dialihkan
Jika sedang tidak bisa dipenuhi dan agar
tidak mengalami kegalauan, cara yang harus dilakukan ialah mengalihkan ke
kebutuhan naluri yang lain. Maka dari itu, jika dalam diri kita muncul sebuah
naluri namun pada saat tersebut tidak bisa atau tidak sanggup memenuhinya, maka
carilah cara untuk mengalihkan ke naluri yang lain. Maksudnya adalah carilah
kesibukan lain supaya tidak galau akibat tidak terpenuhinya naluri tadi. Adapun
cara paling efektif ialah mengalihkan kepada naluri beragama.
Misalnya kebutuhan naluri mencintai
lawan jenis bisa dialihkan ke naluri beragama. Saat seseorang mencintai lawan
jenis, maka satu-satunya cara untuk men-solusinya adalah menikah (bukan justru pacaran). Namun, jika
dia masih belum sanggup, maka naluri ini bisa dialihkan ke naluri beragama
dengan banyak berpuasa (sebagaimana sabda Rasulullah Saw tentang perintah berpuasa bagi para bujang) supaya keinginan atau gairah seksualnya tidak bangkit. Di
samping itu, bisa juga dengan melakukan aktivitas-aktivitas lain yang bertujuan
untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jika pemenuhan naluri beragama ini sudah maksimal, maka selanjutnya ialah memenuhi kebutuhan naluri lainnya dengan melakukan aktivitas- aktivitas positif lainnya.
Penutup
- Nah, jika Anda sedang mengalami galau, langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah ketahui penyebabnya. Apakah karena tidak dipenuhinya naluri beragama atau naluri mempertahankan eksistensi diri atau naluri kasih sayang dan mencintai?
- Jika sudah tahu penyebabnya, batasi diri dari melihat faktor luar yang memicu munculnya naluri itu.
- Tanamkan persepsi bahwa naluri tersebut tidak harus dipenuhi seketika itu juga. Belajar bersabar!
- Sambil menunggu saat yang tepat untuk memenuhinya, alihkan kepada naluri beragama dengan banyak beribadah mendekatkan diri kepada Allah serta alihkan kepada naluri lainnya untuk mencari kesibukan atau hal positif agar tidak galau.
- Jika sudah waktunya mampu memenuhinya, maka penuhi segera. Tentu pemenuhan naluri ini harus berdasarkan ketentuan syariah Islam ya. Jangan sampai memenuhi naluri kepada jalur haram, seperti pacaran, mencuri, dan sebagainya.